Setelah suara raungan terakhir kereta malam sawunggalih menggema, membangunkan mimpi-mimpi anak manusia di bantalan jok kereta, akupun mulai beranjak. Entahlah, rasanya sungguh luar biasa ketika pagi itu kujejakkan kaki ini lagi di kota kelahiranku. Inikah yang namanya rindu kampung halaman, batinku.. Kutengok anak dan istriku masih terlelap, belum tega kubangunkan, kutunggu sampai penumpang kereta seluruhnya keluar. Toh, aku masih nunggu bapak dan ibu yang akan menjemput. Aku tahu, ini mungkin sudah yang ke berapa puluh kalinya aku sampai di stasiun ini. Stasiun yang mungkin menyimpan banyak cerita pertemuan dan perpisahan banyak keluarga, termasuk cerita masa kecilku dengan bapak. Heehe..
Sejenak kutengok papan plang stasiun, KUTOARJO +16 m, masih belum berubah seperti terakhir kutinggalkan setahun yang lalu. Pun masih sama dengan rombongan bapak-bapak yang menawarkan ojek, mereka berbaris rapi di pintu keluar stasiun. Hanya sekarang stasiun terlihat lebih rapi dibanding setahun yang lalu. Tangga keluar dari gerbong kereta banyak tersedia di sepanjang rel. Banyak Polsuska yang terlihat dini hari itu, tampak berjaga di stasiun. Ahh, entahlah sampai kapan stasiun ini akan terus meninggalkan memori saat aku pulang dan pergi, yang kini mungkin akan menular ke anak dan istriku.
Sampai pada akhirnya tiba pada perenunganku di sela-sela kepulanganku kemarin. Entah sudah beberapa negara kusinggahi, beribu daerah kujelajahi.. Tapi hanya di kota kecil inilah aku merasakan sesuatu yang tidak pernah kurasakan di tempat manapun.. Suatu saat aku akan kembali..
12 September 2014,
Sawunggalih utama
Discussion
No comments yet.