Senja selalu saja menyisakan kesan mendalam untukku. Pun sore ini, semburat keemasan cahaya matahari dari kaca samping mampu membuatku termenung di balik kemudi, meski hanya untuk beberapa saat. Entahlah, sudah setahun lebih aku berada di negeri ini. Jauh dari hingar bingar lalu lintas jakarta yang melelahkan, jauh dari keramaian jika itu tidak boleh disebut “keributan” kota, haaha.. Senja, ya hampir selalu senja, itu frasa waktu yang bisa memaksa benakku menari dan bercanda dengan bayangan-bayangan masa lalu..
Kadang-kadang aku ingin kembali. Berkejar-kejaran dengan mimpiku saat usiaku belasan.. Lain waktu kenangan di awal dua-puluhan tampak jelas berkelebat di depan mata.. kenangan yang lebih sering muncul dari balik jendela, ah enam tahun sudah berlalu.. Lain waktu, mimpi-mimpi dan kenangan itu seperti saling bertumpuk jadi satu, seolah memintaku menguntai satu per satu, mengenang atau membiarkannya hilang..
musim harus berganti musim agar langit menjadi biru untuk kemudian kelabu agar air menguap untuk kemudian membeku agar pohon tumbuh untuk kemudian rubuh agar akar menyerap air untuk dikirim ke tunas daun untuk kemudian gugur agar lebah menyilangkan putik dan benang sari untuk kemudian layu agar rumput meriap untuk kemudian kering agar telur menetas dan burung terbang untuk kemudian patah sayapnya agar hari bergeser dari minggu ke sabtu
agar kau tahu bahwa Aku melaksanakan kehendak-Ku
agar kau sadar bahwa Aku memenuhi janji-Ku
~Sapardi Djoko Damono~
-hari ini tidak ada kata yang bisa terucap, tidak pula senyum yang terkembang-
Discussion
No comments yet.